
Jakarta (Kemenag), Lintasnews7.com - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam acara doa bersama akhir tahun 2024 di Auditorium BMKG, menjelaskan bahwa wudu bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi memiliki dimensi ilmiah dan spiritual yang mendalam.
Menag mengutip penelitian Profesor Baron Ehrenfels, seorang neurolog dan psikiater asal Jerman, yang menunjukkan bahwa wudu dapat memengaruhi gelombang otak manusia. "Ketika kita berwudu, air yang sejuk membantu menurunkan gelombang otak dari beta, yang berada di tingkat tinggi, menuju alpha, yang lebih tenang. Bahkan, dengan khusyuk, kita bisa mencapai gelombang theta, yang merupakan kondisi ideal untuk mendapatkan inspirasi dan ketenangan batin," jelas Menag Nasaruddin.
Lebih lanjut, Menag menjelaskan bahwa Al-Quran telah mengatur tata cara wudu dengan membasuh bagian tubuh tertentu yang merupakan pusat saraf yang memengaruhi ketenangan jiwa dan tubuh. "Ini bukan sekadar ritual, tapi terapi. Saat kita membasuh tubuh dengan air wudu, kita tidak hanya membersihkan jasmani, tapi juga menyegarkan rohani. Inilah salah satu hikmah luar biasa dari ajaran Islam," tambah Menag.
Menag juga menekankan bahwa wudu bukan hanya sekadar membasuh anggota tubuh, tetapi harus dirasakan dan direnungkan. "Islam juga menganjurkan berbagai kiat seperti berwudu dengan membaca doa, tidak berbicara selama wudu. Semua langkah tersebut adalah bagian dari terapi yang memunculkan kecerdasan batin dan spiritual," tegas Menag.
Acara doa bersama ini juga dihadiri oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Dalam sambutannya, Dwikorita menyatakan bahwa BMKG memiliki tanggung jawab besar dalam mengatasi berbagai persoalan cuaca dan iklim, dan berharap dengan bekal keimanan dan keilmuan, BMKG dapat terus melangkah maju, menjaga keselamatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.