Lintasnews7, Sidrap — Sungai itu sudah tenang kembali. Tim gabungan pencari sudah melangkah naik ke daratan.
Risky dan Furqan. Dua bocah kecil yang terbawa arus deras sungai di Kampung Wala, Kecamatan Maritengngae, Sidrap, Selasa, 27 Mei 2025 sore, telah ditemukan semuanya.
Warga yang melihatnya bermain sebelum kejadian, tak tahu bahwa tawa mereka akan menjadi suara terakhirnya.
Selasa malam, pukul 19.30 WITA, tubuh Risky ditemukan lebih dulu. Mungil, basah, tersangkut di semak di tepian sungai.
Seolah ia ingin pulang, tapi tak sempat. Pagi harinya, pukul 09.00 WITA, ia dimakamkan. Diam-diam. Hening.
Warga berbaris. Tak banyak kata, hanya isak kecil dari seorang ibu yang tak berhenti menggenggam foto.
Hari ini, Rabu 28 Mei 2025, giliran Furqan ditemukan. Pukul 11.45 WITA, tak jauh dari tempat Risky terakhir terlihat. Seolah mereka berjanji tak akan saling meninggalkan. Bahkan dalam musibah.
Furqan akan dimakamkan siang ini, di Kelurahan Arawa, Kecamatan Watang Pulu. Dua liang. Dua nisan. Dua nama kecil yang kini menyatu dengan tanah yang dingin dan doa yang panjang.
“Semua sudah ditemukan,” kata Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, dengan suara nyaris tenggelam oleh kelelahan. Tapi ia hadir. Dari awal. Bersama Camat Maritenggae, Andi Surya, yang sejak hari pertama tak meninggalkan lokasi.
Ini bukan sekadar tugas. Ini rasa. Ini empati.
Tim pencari dari BPBD, TRC-PB, Babinsa, Bhabinkamtibmas, aparat desa, hingga warga biasa—tak satupun yang menyerah. Mereka menyisir sungai yang saat itu lebih tampak seperti musuh daripada aliran air biasa. Mereka menantang waktu, menantang hujan, demi satu kemungkinan kecil: Furqan ditemukan hidup.
Tapi tidak. Sungai Wala memilih cerita duka sebagai akhir dari pencarian itu.
“Bocah seusia itu harusnya rebutan mainan, bukan bergantian dimakamkan,” ujar seorang relawan, sambil mengusap lumpur di wajahnya. Tak jelas, itu air hujan atau air mata.
Kini, warga Wala tahu satu hal: ini tak boleh terulang. Tak boleh jadi rutinitas di musim hujan. Tak boleh hanya jadi berita singkat.
Sungai itu perlu dijaga. Anak-anak itu perlu dilindungi. Tak cukup doa. Harus ada tindakan. Harus ada pagar. Harus ada papan peringatan.
Risky dan Furqan sudah selesai. Tapi tanggung jawab kita belum.
Mereka tak akan kembali. Tapi biarlah kisah mereka jadi pengingat, bukan sekadar kenangan.
Karena hari ini, semuanya memang telah ditemukan.
Tapi kehilangan itu—akan lama tinggal di sini.(*)
