
Oleh :
ZULKIFLI, S.Pd.I.,M.Pd.I.
(Kepala UPT SD Negeri 10 Benteng)
Moderasi beragama merupakan konsep fundamental dalam membangun kehidupan masyarakat yang harmonis dan damai, terutama dalam konteks Indonesia yang memiliki keberagaman agama, budaya, dan etnis. Dalam dunia pendidikan, sekolah memiliki peran strategis sebagai institusi yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan sikap toleran peserta didik sejak dini.
Keberagaman agama di Indonesia menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi lembaga pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2020), Indonesia memiliki enam agama resmi dengan Islam sebagai mayoritas, diikuti oleh Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keberagaman ini juga tercermin dalam lingkungan sekolah, termasuk di UPT SD Negeri 10 Benteng yang berlokasi di Kampung Baru, Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti.
UPT SD Negeri 10 Benteng merupakan representasi sekolah dengan kondisi multikultural yang unik. Dari 104 peserta didik, terdapat 78 peserta didik beragama Islam dan 26 peserta didik beragama Hindu Towani Tolotang. Kondisi ini menciptakan dinamika sosial yang kompleks, dimana interaksi antar peserta didik lintas agama masih terbatas dan pemahaman tentang agama lain masih minimal.
Tantangan yang dihadapi dalam implementasi moderasi beragama di sekolah ini mencakup perbedaan pemahaman keagamaan, keterbatasan pemahaman guru tentang konsep moderasi beragama, perbedaan persepsi orang tua, keterbatasan fasilitas pendukung, dan potensi konflik antar peserta didik. Tantangan-tantangan ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif.
Program PAMMASE: Konsep dan Kerangka Implementasi
Program PAMMASE (Penerapan Moderasi Beragama Bagi Peserta Didik) merupakan program inovatif yang dikembangkan oleh UPT SD Negeri 10 Benteng untuk mengatasi tantangan keberagaman agama di lingkungan sekolah. Program ini didesain sebagai respons terhadap kebutuhan menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis bagi peserta didik dari berbagai latar belakang agama.
Program PAMMASE tidak bertujuan untuk menyamakan atau mencampuradukkan ajaran agama, melainkan untuk menciptakan pemahaman bahwa perbedaan agama adalah kekayaan yang harus dihargai dan dijaga. Pendekatan ini memungkinkan setiap peserta didik untuk mendalami ajaran agamanya masing-masing sambil tetap menghormati keyakinan orang lain.
Strategi Implementasi Program PAMMASE
Program PAMMASE diimplementasikan melalui lima strategi utama yang saling terintegrasi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan toleran.
1. Sosialisasi Bertahap dan Berkelanjutan
Program PAMMASE di UPT SD Negeri 10 Benteng dimulai dengan sosialisasi yang komprehensif kepada semua stakeholder. Sosialisasi kepada peserta didik dilakukan melalui berbagai momen, seperti apel pagi, sebelum sholat dzuhur berjamaah, dan terintegrasi dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini memastikan bahwa pesan moderasi beragama tersampaikan secara konsisten dan berkesinambungan.
Sosialisasi khusus untuk guru dan tenaga kependidikan menjadi prioritas utama karena mereka berperan sebagai teladan dan fasilitator dalam implementasi moderasi beragama. Pelatihan yang diberikan mencakup cara mengintegrasikan nilai-nilai moderasi dalam setiap mata pelajaran, teknik penyelesaian konflik, dan pendekatan pedagogi yang inklusif.
Keterlibatan orang tua melalui sosialisasi dan edukasi juga menjadi komponen penting. Pertemuan orang tua dimanfaatkan untuk mensosialisasikan pentingnya moderasi beragama bagi perkembangan anak. Pendekatan personal juga dilakukan untuk mengatasi resistensi dari orang tua yang memiliki pandangan eksklusif.
2. Penyediaan Fasilitas Inklusif
Meskipun menghadapi keterbatasan fasilitas, sekolah berupaya menciptakan ruang yang inklusif untuk semua agama. Ruang komputer dimanfaatkan sebagai tempat ibadah untuk peserta didik Muslim, sementara ruang kelas 1 digunakan untuk peserta didik Hindu. Sekolah juga telah mengusulkan anggaran untuk rehabilitasi dan alih fungsi bangunan perumahan guru yang rusak menjadi mushola dan ruang belajar agama Hindu yang lebih representatif.
3. Pembinaan Keagamaan yang Berimbang
Sekolah memfasilitasi pembinaan keagamaan sesuai dengan ajaran masing-masing agama. Program Jumat Literasi mencakup literasi Al-Quran untuk peserta didik Muslim dan literasi Weda untuk peserta didik Hindu. Kegiatan khusus seperti Pesantren Kilat dan Pasraman dilaksanakan untuk mendalami ajaran agama masing-masing.
4. Kegiatan Kolaboratif Lintas Agama
Berbagai kegiatan kolaboratif dirancang untuk memupuk rasa persaudaraan tanpa membeda-bedakan agama. Kegiatan outbound, gerak jalan indah, karnaval dengan tema "Bersatu dalam Kebersamaan, Indahnya Toleransi dalam Bingkai NKRI", peringatan Maulid yang melibatkan semua peserta didik, buka puasa bersama, dan aksi kemanusiaan peduli Palestina menjadi contoh kegiatan yang berhasil menumbuhkan rasa kebersamaan.
5. Penggunaan Media Komunikasi
Poster dan media sosial dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi moderasi beragama. Poster yang dipasang di berbagai titik sekolah menyampaikan pesan toleransi dan anti-bullying. Media sosial sekolah seperti Facebook, Instagram, dan YouTube menjadi platform untuk menyebarkan pesan moderasi beragama kepada peserta didik, guru, dan orang tua.
Dampak Program PAMMASE
Program PAMMASE di UPT SD Negeri 10 Benteng menunjukkan dampak positif yang signifikan. Hubungan antar peserta didik mengalami perbaikan dengan berkurangnya konflik dan meningkatnya rasa kebersamaan. Peserta didik menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya toleransi dan saling menghargai perbedaan agama.
Proses pembelajaran menjadi lebih dinamis karena peserta didik lebih aktif dalam diskusi dan menunjukkan keterbukaan terhadap keberagaman. Guru juga berperan besar dalam menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif untuk pembelajaran multikultural.
Keterlibatan orang tua dalam berbagai kegiatan sekolah juga meningkat, menunjukkan dukungan yang lebih besar terhadap Program PAMMASE. Hal ini menciptakan sinergi antara sekolah dan keluarga dalam pembentukan karakter toleran peserta didik.
Refleksi Program PAMMASE
Program PAMMASE (Penerapan Moderasi Beragama Bagi Peserta Didik) di UPT SD Negeri 10 Benteng membuktikan bahwa pendidikan multikultural dapat berhasil diterapkan di sekolah dasar dengan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. Melalui sosialisasi bertahap, penyediaan fasilitas inklusif, pembinaan keagamaan yang berimbang, kegiatan kolaboratif lintas agama, dan penggunaan media komunikasi yang efektif, sekolah berhasil menciptakan lingkungan yang harmonis dan toleran.
Dampak positif dari implementasi ini terlihat dalam peningkatan hubungan antar peserta didik, berkurangnya konflik, dan terbentuknya karakter toleran yang kuat. Peserta didik menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman dan pentingnya saling menghargai perbedaan agama. Keterlibatan aktif guru dan orang tua juga menjadi faktor kunci keberhasilan program ini.
Untuk keberlanjutan program, diperlukan komitmen jangka panjang dari semua stakeholder, termasuk dukungan kebijakan dari pemerintah daerah dan penyediaan fasilitas yang memadai. Evaluasi dan perbaikan berkelanjutan juga diperlukan untuk memastikan efektivitas program dalam membentuk generasi yang toleran dan menghargai keberagaman.
Program PAMMASE di sekolah dasar merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang damai, harmonis, dan berkarakter. Melalui pendidikan yang inklusif dan toleran, diharapkan tercipta generasi yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman yang ada.(*)