
Jakarta,lintasnews7.com--- Menteri Agama Nasaruddin Umar menerima audiensi dari Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Didin Syafruddin di Kantor Pusat Kemenag RI, Jakarta.
Didin menyebut, PPIM UIN Jakarta memiliki banyak riset tentang agama dan lingkungan. Hal ini ia sampaikan karena ia menilai bahwa Menag sejak awal memimpin Kementerian Agama, sangat memberikan perhatian pada isu agama dan lingkungan.
"Dalam survei yang kami lakukan, kami menemukan bahwa sikap, pandangan, dan perilaku masyarakat Indonesia terkait agama dan lingkungan masih setengah hati. Artinya, mereka tidak sepenuhnya peduli," ujar Didin, Kamis (13/2/2025).
Didin melanjutkan, berdasarkan survei yang PPIM lakukan, kepedulian seseorang terhadap lingkungan sangat dipengaruhi oleh faktor demografi, seperti tingkat pendidikan dan latar belakang sosial ekonomi.
“Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan. Semakin baik latar belakang sosial ekonomi, semakin peduli,” jelas Didin.
Namun, yang menarik dari temuan PPIM, tambah Didin, adalah adanya pengaruh signifikan dari eksposur seseorang terhadap institusi agama. Berdasarkan riset PPIM, semakin aktif seseorang dalam kegiatan keagamaan, semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap isu lingkungan.
"Jika seseorang aktif dalam kegiatan keagamaan, kepedulian terhadap lingkungan cenderung meningkat," ungkapnya.
"Namun, ada dimensi lain. Individu yang memiliki pemahaman keagamaan yang lebih moderat cenderung lebih peduli terhadap lingkungan dibandingkan mereka yang lebih konservatif,” tambah Didin.
Selain itu, riset PPIM juga menemukan bahwa sebanyak 60% umat beragama di Indonesia memiliki pandangan apokaliptik terhadap perubahan lingkungan. "Mereka meyakini bahwa fenomena seperti kenaikan permukaan air laut adalah bagian dari tanda-tanda kiamat, sehingga kurang merasa bertanggung jawab untuk mengambil tindakan dalam menjaga lingkungan," papar Didin.
Dalam kesempatan yang sama, Didin juga mengundang Menag untuk hadir dalam konferensi Religious Environmentalism Action yang akan diselenggarakan pada 16-18 Juli 2025 di Depok. Konferensi ini akan menghadirkan para akademisi, aktivis, dan praktisi yang memiliki fokus pada isu agama dan lingkungan.
Menanggapi riset tersebut, Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya membangun kesadaran bahwa agama dan lingkungan adalah dua hal yang saling berkaitan.
Menag mencermati fenomena pegiat lingkungan yang melihat agama sebagai sesuatu yang kurang relevan dengan isu ini. Sementara itu, banyak orang beragama yang tidak menganggap lingkungan sebagai bagian dari ajaran agama mereka. "Padahal, agama dan lingkungan seharusnya saling berkaitan," ujarnya.
Menag juga menegaskan bahwa hasil riset ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat menjadi dasar bagi kebijakan yang lebih inklusif dan berbasis data. “Sayang sekali jika riset-riset ini tidak dimanfaatkan. Saya kira ini adalah kesempatan yang sangat baik. Saya sendiri sejak dulu percaya bahwa riset-riset ini sangat penting,” ungkap Menag.
Dengan adanya riset dan inisiatif seperti ini, Menag berharap hubungan antara ajaran agama dan kesadaran lingkungan dapat semakin diperkuat, sehingga masyarakat lebih terdorong untuk menjaga kelestarian bumi demi keberlangsungan hidup bersama.